Sebelumnya, saya pernah menulis soal aktivitas
mahasiswa yang hanya tahu soal Kampus, Kos, Kampung atau biasa di singkat
menjadi 3 “K”. Dalam tulisan saya sebelumnya, yang berjudul “Mengapa Mahasiswa
Rantau Sering Pulang Kampung” memiliki keterkaitan yang sangat padat, shingga
boleh dikatakan bahwa tulisan ini adalah mengulang tulisan saya sebelumnya.
Namun, meskipun memiliki kesamaan, tapi kali ini,
dalam tulisan lanjutan ini memiliki penekanan pada "mahasiswa rantau"
yang sering pulang kampung sebagai pembeda dari tulisan sebelumnya. Tulisan ini
juga terbilang cukup menjelaskan lebih detail dari pada tulisan sebelumnya.
Baik lah, tidak usah panjang lebar lagi, tidak usah neko-neko lagi, yang
membaca dan tersinggung, saya ucapkan mohon maaf, tapi alangkah bagusnya kalo
tersinggung dan mau merubah sikap nya yang lebay. oke..! izinkan saya
menjelaskan secara subjektifitas saya tentang mengapa mahasiswa rantau sering
pulang kampong.
Pertama-tama saya akan mengutif tulisan saya
sebelumnya yang membahas soal mahasiswa rantau. Ada beberapa alasan paling
mendasar mengapa mahasiswa rantau sering pulang kampong yaitu, pertama; dengan
alasan rindu dengan orang tua, dan kedua; kehabisan duit di tanah rantau. Kedua
alasan ini paling sering kita dengar ketika kita menanyakan kepada kawan kita
yang mahasiswa seperti "mengapa pulang kampung?" Kita bisa menganggap
bahwa alasan itu memang masuk akal, dan sulit untuk dihindari, atau menghalangi
seorang mahasiswa tuk pulang kampung, mau tidak mau, suka atau tidak suka kita
tak bisa menghalang-halangi kemauan orang tua dikampung. Namun, hal ini
ternyata tidak seratus persen benar bahwa rindu sama orang tua. Banyak
mahasiswa yang saya dapatkan, mereka pulang kampung karena memang pusing tak
bisa berbuat apa-apa di tanah rantau sebagai mahasiswa sehingga, mereka memilih
untuk pulang kampung sebagai bentuk tindakan untuk menjauh dari kegelisahan
itu. Hidup bersama orang tua itu memang sangat menyenangkan, mau makan,
tersedia makanan, sehingga pikiran kehabisan duit tidak masalah ketika bersama
orang tua atau keluarga dikampung. Kemudian bisa nongkrong bebas bersama
teman-temannya dikampung, bernostalgia sampai larut malam melupakan semua beban
yang ada, (kek lagu reggae aja). Yah.. jiwa seorang pemuda yang di kategorikan
sebagai borjuis kecil, suka bersenang-senang, lebih mengutamakan ego, dan ini
kita anggap sebagai mahasiswa yang tidak bisa mandiri, butuh disuap sama
mama/papa dikampung.
Menjadi seorang mahasiswa yang masa kuliahnya tiga
tahun sampai empat tahun, dan batas maksimalnya tujuh tahun, setelah itu Drop
Out (DO) dari kampus. masa kuliah 5-7 tahun adalah waktu yang sangat singkat
untuk menuntut ilmu, jika masa itu kita belum mampu bertahan menjauh dari orang
tua, maka lebih baik kuliah di daerah dimana orang tua kita tinggal saja, tak
usah jauh-jauh kuliah. Menjauh dari orang tua, bukan berarti meninggalkan orang
tua kita selamanya, kecuali kalo memang kita sudah meninggal, sudah pasti kita
akan pergi dan tak akan pernah kembali lagi di pangkuan orang tua, akan tetapi
kembali kepangkuan sang pencipta. Okelah kalo ingin pulang kampung karena
rindu, pulanglah tapi jangan sering-sering juga, yah.. minimal sekali setahun
lah.
Mahasiswa rantau adalah sebuah latihan menjadi orang
yang siap hidup mandiri, mengembangkan dan memperluas pengetahuan. Kita jangan
kalah dengan rasa rindu yang toh nyatanya ketika pulang kampung bukannya
menghabiskan waktu dengan orang tua karena rindu, membantu orang tua di kebun
dan lain-lain...dan lain-lain.. sebagainya, malah kerjanya sampai dikampung
nongkrong, cerita tidak berkualitas sampai larut malam, tidur pagi bangun sore,
bangun lagi, nongkrong lagi dan begitu seterusnya. Bukan kah akan lebih baik
bertahan dan mencoba hal-hal yang kreatif, belajar dengan tekun sebagai seorang
mahasiswa di tanah rantau.
Kehabisan duit yang juga menjadi alasan mahasiswa
rantau ini sering pulang kampung. Hal ini merupakan alasan omong kosong,
Mengapa demikian? Karena orang tua menyekolahkan kita ke tanah rantauan, bukan
tidak punya persiapan matang, soal biaya tempat tinggal, biaya makan, dan lain
sebagainya, orang tua kita sudah siap menanggung, apalagi kalo kita sudah dapat
kerja sampingan di tanah rantau itu artinya kita sudah siap hidup mandiri, dan
gak malak lagi ma mama/papa di kampung. Kalo memang orang tua kita gak punya
duit untuk menyekolahkan kita ke tanah rantau, orang tua kita pasti tidak
membiarkan kita kuliah jauh dari kampung halaman kita, kecuali kalo kita maksa
dan siap hidup mandiri yah lain lagi ceritanya, itu artinya anda sudah siap.
Bustamin Tato
(Dosen Universitas Patriarta)
0 komentar:
Post a Comment