Sebagaimana dalam ajaran Islam kita meyakini
pentingnya ilmu dan berkewajiban menuntutnya tanpa terkecuali baik laki-laki
maupun perempuan. Bahkan hadist lain mengatakan “menuntut ilmu dimulai dari
buaian hingga ke liang lahat”. Semua anjuran tersebut semata didasarkan karena
keyakinan bahwa eksistensi manusia akan mandeg beku jika pendidikan diabaikan.
Pada proses perjalanannya, pendidikan dipercaya
sebagai medium untuk memanusiakan manusia, menanamkan niai moral dan ajaran
keagamaan. Medium pengembangan diri dan peningkatan status sosial, Medium
pembentukan karakter bangsa dan peningkatan taraf ekonomi, medium dimana narasi
intektual akademik di elaborasi dan membebaskan manusia dari kedunguan. Maka wajar jika dalam perjalanan
peradaban manusia, mereka senantiasa memelihara dan melanjutkan tradisi
pendidikan melalui berbagai bentuk dan institusi pendidikan “formal-non
formal”. Masing-masing saling berlomba untuk mendidik manusia.
Melihat perkembangan zaman, perubahan lingkungan sosial jadi tantangan tersendiri
bagi pendidikan. Sekolah sebagai pionir transformasi manusia justru mendapat
stigma oleh sebagian masyarakat atas
realitas dan fakta sosial. Tendensi atau kecenderungan pendidikan (sekolah)
yang mengedepankan pencapaian kognitif satu alasan dan banyak lagi perbandingan
yang tidak obyektif. Hal ini linier dengan banyak bentuk atau format baru dalam
pendidikan, saling melegalkan yang terbaik, frame dimunculkan, Akibatnya
membentuk sebuah komoditi. Pendidikan yang sejak lama menjadi usaha untuk
mempertahankan eksistens dan budaya manusia, kini tengah mengalami pergeseran
orientasi. Situasi dan kondisi ini dimanfaatkan sekelompok manusia untuk
mengakumulasi capital dan mendapat keuntungan.
Menjamurnya liberalisasi pendidikan ini berafiliasi
kepada tarif masuknya, dan modern di jadikan sebagai payung identitas kemajuan.
Bagi sebagian orang yang menjujung tinggi nilai kuluhuran tentu menolak dan
menganggap modern tidak sepenuhnya menjadi ciri kemajuan sebab ia mengakibatkan
dehumanisasi, Contoh konkritnya adalah pidato presiden Joko Widodo yang
menghendaki adanya revolusi mental di awal kepemimpinannya. Hakikan pendidikan
terkikis, dan sebagai antitesisnya melestarikan yang berbaur tradisionalis
merupakan solusi karena lahir dari kearifan dan ke paguyuban masyarakat. Dan
bagi penulis pemberian solusi atas diskursus itu masih butuh perenenungan lebih
dalam.
Reintegrasi
Wajah pendidikan menjadi pusat perhatian dan banyak
mengalami pergeseran ke arah berlawanan. Usaha pencarian fase atau
“periode” pemetaan sistem pendidikan
dengan tantangan kehiduan sosial, ekonomi, budaya menggiring pada
penemuan-penemuan diskontinuitas. Dibalik pergulatan gendre, bentuk, disiplin
atau aktifitas pendidikan. Kita menyadari adanya selaan “interruption” yang muncul oleh Foucoult disebut
“epistemological acts” disini akan
terjadi perbedaan antar skala. Artinya
berbagai peristiwa dan akibatnya ditata dengan cara yang beda dalam dua
atau lebih kategori tersebut. Oleh karena itu pembentukan satu metode
pendidikan tidaklah sama dan tidak boleh digambarkan dengan satu cara pada
setiap level pendidikan.
Ini adalah bentuk analisis yang menunjukkan adanya
intraksi dialektis, dinamisasi pendidikan pada ruang publik yang tak
berujung_ktitis dan transformasi. Namun kritisisme tanpa pengharapan, tanpa
determinasi, bisa menjebak pada sikap apatis, marah, dan frustasi. Maka bahasa
kritis harus dikaitkan dengan bahasa posibilitas. Berupa sikap yang membuat kita menyadari adanya
kemungkinan-kemungkinan, bahwa manusia yang terdidik memiliki kemampuan
mengubah realitas atau lingkungan sekitar.
Jelaslah, bahwa pendidikan tidak hanya menyajikan visi
“transfer of knowledge” saja tetapi juga harus mencakup “transfer of value”.
sebagaimana dalam alquran “maka apabila engkau telah selesai (dari satu urusan)
tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain”.
Akhir kata dari penulis
“setiap pengalaman adalah proses, setiap proses adalah pembelajaran, dan
setiap pembelajaran bentuknya adalah pendidikan”.
Penulis: Azrar Mubarak
(Alumni Jurusan Pendidikan Fisika UIN Alauddin Makassar. Mantan Sekertaris Umum PMII Rayon Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Cabang Gowa. Mantan Sekretaris Umum KKPMB Periode 2014 s.d 2015)
0 komentar:
Post a Comment