[Cerpen] Nyayian Syajarah Memanggilnya Pulang

Seorang perempuan merasakan dirinya telah menjadi abu. Karena ia hanya abu, ia tidak bisa berlepas diri untuk tidak berdoa. Mungkin tak ada lagi yang dapat dilakukan.

Kekasihnya tidak ingat apa-apa lagi, pun lelaki itu sudah tidak menghidupkan laptop butut yang dahulu ia miliki dengan kepayahan, ditaruhnya saja di bawah lemari sebab sayang juga bila dibuang.

Lelaki itu terlampau sibuk sekarang, atau menyibukkan diri? Sibuk dalam arus-alur yang tak dapat dibaca Si perempuan.

Sekarang lelaki berada di puncak, rumahnya megah seperti menara, tapi dirasanya ada yang tak lengkap…

Lalu suatu malam yang dingin.. ia teringat sesuatu, mungkin cerita lama tapi tak benar-benar diingatnya, hanya gambaran samar di kepalanya seperti mimpi dalam tidur.

Seperti bayangan seorang perempuan menangis, hendak mengatakan sesuatu. Ataukah perempuan yang sedang tersenyum? Aneh… tak dapat ia baca.

Entah mengapa tangannya tergerak menyentuh leptop berdebu di kolong lemari...ditekannya tombol power lalu layar pembuka menampilkan bacaan “selamat datang kembali”

Desktop yang muncul kemudian menampilkan bar loading dan siluet hitam perempuan berambut panjang.

Lelaki itu gamang, entah kenapa ia tergetar, ia mencoba membaca rupa..

Mungkinkah ada perempuan yang dicintainya? Tapi kenapa tak dapat benar diingat…

Lalu dibukanya folder album. Kosong. Tapi ia merasa dulu sengaja menghapus semua foto disana. Ketika dia merasa kecil karena tak punya apa-apa, lalu lirih suaranya mengucap doa yang tak seharusnya terucap.

“Tuhan.. izinkan aku menghilang selamanya dari orang-orang, demikian juga orang-orang jangan biarkan mereka mengingatku..”

Air matanya menitik, tapi doa itu dilanjutkan menjelang ia tidur.

“tetapi hadirkanlah rindu itu dihatiku dan hati dia yang kusayang…”

Berikutnya benar-benar tak dapat ia jelaskan, di antah berantah, tak ada hal tersisa selain kakinya yang kuat berjalan. Ia menemukan dirinya terus berjalan, padahal daerah begitu asing. Ia bertahan hidup, ataukah bertahan mati..? tapi rasanya si lelaki masih bernapas.

Apakah doanya suatu malam berangkat dari kejujuran hati  sehingga terjadi apa yang tak dia pahami? Ah! sungguhkah berangkat dari kejujuran hati sehingga terjadi  apa yang tidak bisa ia terka? Ternyata dirinya tidak kuasa atas permintaannya sendiri.

***

Suatu malam yang dingin, di depan leptop butut, seorang lelaki memandangi folder album kosong. Tak ada satu pun foto disana. Nyaris ia putus asa oleh kenangan yang tergambar hitam putih, tapi segera tangannya memeriksa apa saja yang tersisa. Ah! Masih ada file rupanya! Folder musik dan beberapa catatan dalam ‘word’. Lagu yang ada berdurasi pendek.

Lelaki itu meng-klik tombol ‘play’ lalu…

Dan rasakan semua bintang memanggil tawamu terbang ke atas…! tinggalkan semua…”
“hanya kita dan bintang..!”

Lelaki itu berdiam sejenak di depan leptop, bertanya-tanya kenapa lagu itu seakan mengejek apa yang dia punyai sekarang.

Ia menggelengkan kepala, menepis kesalnya. Dibuka catatan lama dalam bentuk ‘word’

Dibacanya tulisan berwarna hijau.

“kau yang menggampangkan manusia, mengapa sering kami mengingatimu namun kau tak juga mengerti. Kau yang hanya memandang diri, betapa sering kami memanggilmu kembali, namun kau tetap acuh..! Betapa dulu cita-citamu tulus, mengapa hendak berbelok?”

Ah! kepiluan yang dalam mengusik hatinya.. yang selama ini dia tidak menyadari bahwa hatinya masih berfungsi. Dikiranya sudah membatu karena seringnya ia berada di bebatuan.

“Deg!”

Debaran di dadanya.. catatan kedua yang masih tersisa itu diberi judul ‘permintaan’

***

“Lama kau tidur.. sehari jadi seperti setahun bagiku.

Apakah dalam tidurmu kau bisa melihat pagi?

Apakah kau lega sekarang?

Apakah kau bermimpi indah sehingga tidak ingin lagi membuka mata?

Kenapa kau mendiamkanku begitu lama..?

Selama kau pergi, aku menyadari bahwa yang paling karib denganku adalah air mata.

Kembalilah… tidak pernah kuulangi permintaan sebanyak ini.”

Syajarah

***

Ada yang terasa hangat di pelupuk mata lelaki itu. Syajarah.

Setelah hal menjenguk harinya, dia menangis, tanpa tahu kata apa yang mesti dia ucap.

Lalu sebuah cahaya… semakin lama semakin jelas, cahaya dan perasaan hangat namun sedih. Sekali lagi setelah lama berlalu, ia bisa melihat warna.. tadinya  hitam putih.

Ia menemukan dirinya di pembaringan dengan seprei dan sarung bantal putih sementara perempuan dengan wajah khawatir dan mata sembab di dekatnya. Wajah yang dia kenali.

Betapa kekuatan doa telah mengetuk langit. Syajarah.

Makassar, Pondok 21

Karya: Sofyani Syarifuddin (Asal Batetangnga dan Mahasiswa Jurusan PGSD di UNM)

Share on Google Plus

About KKPMB

Kerukunan Keluarga Pelajar Mahasiswa Batetangnga (KKPMB) adalah oragnisasi paguyuban yang menghimpun pelajar dan mahasiswa yang berasal dari desa Batetangnga.

0 komentar:

Post a Comment