Kekasihnya tidak ingat apa-apa lagi, pun lelaki itu
sudah tidak menghidupkan laptop butut yang dahulu ia miliki dengan kepayahan, ditaruhnya saja di bawah lemari sebab
sayang juga bila dibuang.
Lelaki itu
terlampau sibuk sekarang, atau menyibukkan diri? Sibuk dalam arus-alur yang tak dapat dibaca Si
perempuan.
Sekarang lelaki berada di puncak, rumahnya megah
seperti menara, tapi dirasanya ada yang tak lengkap…
Lalu suatu malam yang dingin.. ia teringat sesuatu,
mungkin cerita lama tapi
tak benar-benar diingatnya, hanya gambaran samar di kepalanya seperti mimpi
dalam tidur.
Seperti bayangan seorang perempuan menangis, hendak
mengatakan sesuatu. Ataukah
perempuan yang sedang tersenyum? Aneh… tak dapat ia baca.
Entah mengapa tangannya tergerak menyentuh leptop
berdebu di kolong lemari...ditekannya
tombol power lalu layar pembuka
menampilkan bacaan “selamat datang kembali”
Desktop yang muncul
kemudian menampilkan bar loading dan
siluet hitam perempuan berambut panjang.
Lelaki itu gamang, entah kenapa ia tergetar, ia mencoba membaca rupa..
Mungkinkah ada perempuan yang dicintainya? Tapi kenapa
tak dapat benar diingat…
Lalu dibukanya
folder album. Kosong. Tapi ia merasa dulu sengaja menghapus semua foto disana.
Ketika dia merasa kecil karena tak punya apa-apa, lalu lirih suaranya mengucap
doa yang tak seharusnya terucap.
“Tuhan.. izinkan aku menghilang selamanya dari
orang-orang, demikian juga orang-orang jangan biarkan mereka mengingatku..”
Air matanya menitik, tapi doa itu dilanjutkan
menjelang ia tidur.
“tetapi hadirkanlah rindu itu dihatiku dan hati dia
yang kusayang…”
Berikutnya benar-benar tak dapat ia jelaskan, di antah
berantah, tak ada hal tersisa selain kakinya yang kuat berjalan. Ia menemukan
dirinya terus berjalan, padahal daerah begitu asing. Ia bertahan hidup, ataukah
bertahan mati..? tapi rasanya si lelaki masih bernapas.
Apakah doanya suatu malam berangkat dari kejujuran
hati sehingga terjadi apa yang tak dia
pahami? Ah! sungguhkah berangkat dari kejujuran hati sehingga terjadi apa yang tidak bisa ia terka? Ternyata
dirinya tidak kuasa atas permintaannya sendiri.
***
Suatu malam yang dingin, di depan leptop butut,
seorang lelaki memandangi folder album kosong. Tak ada satu pun foto disana.
Nyaris ia putus asa oleh kenangan yang tergambar hitam putih, tapi segera
tangannya memeriksa apa saja yang tersisa. Ah! Masih ada file rupanya! Folder
musik dan beberapa catatan dalam ‘word’. Lagu yang ada berdurasi pendek.
Lelaki itu meng-klik tombol ‘play’ lalu…
“Dan rasakan
semua bintang memanggil tawamu terbang ke atas…! tinggalkan semua…”
“hanya
kita dan bintang..!”
Lelaki itu berdiam sejenak di depan leptop,
bertanya-tanya kenapa lagu itu seakan mengejek apa yang dia punyai sekarang.
Ia menggelengkan kepala, menepis kesalnya. Dibuka
catatan lama dalam bentuk ‘word’
“kau
yang menggampangkan manusia, mengapa sering kami mengingatimu namun kau tak
juga mengerti. Kau yang hanya memandang diri, betapa sering kami memanggilmu
kembali, namun kau tetap acuh..! Betapa dulu cita-citamu tulus, mengapa hendak
berbelok?”
Ah! kepiluan yang dalam mengusik hatinya.. yang selama
ini dia tidak menyadari bahwa hatinya masih berfungsi. Dikiranya sudah membatu
karena seringnya ia berada di bebatuan.
“Deg!”
Debaran di dadanya.. catatan kedua yang masih tersisa
itu diberi judul ‘permintaan’
***
Apakah dalam tidurmu kau bisa melihat
pagi?
Apakah kau lega sekarang?
Apakah kau bermimpi indah sehingga tidak
ingin lagi membuka mata?
Kenapa kau mendiamkanku begitu lama..?
Selama kau pergi, aku menyadari bahwa yang
paling karib denganku adalah air mata.
Kembalilah… tidak pernah kuulangi
permintaan sebanyak ini.”
Syajarah
***
Setelah hal menjenguk harinya, dia menangis, tanpa
tahu kata apa yang mesti dia ucap.
Lalu sebuah cahaya… semakin lama semakin jelas, cahaya
dan perasaan hangat namun sedih. Sekali lagi setelah lama berlalu, ia bisa
melihat warna.. tadinya hitam putih.
Ia menemukan dirinya di pembaringan dengan seprei dan
sarung bantal putih sementara perempuan dengan wajah khawatir dan mata sembab
di dekatnya. Wajah yang dia kenali.
Betapa kekuatan doa
telah mengetuk langit. Syajarah.
Makassar, Pondok 21
Karya: Sofyani Syarifuddin (Asal Batetangnga dan Mahasiswa Jurusan PGSD di UNM)
0 komentar:
Post a Comment