[Cerpen] Senja Yang Berubah Menjadi Biru


Langit  mulai meminggirkan awan-awan kelabu, cahaya matahari sedikit demi sedikit mulai membias wajah bumi,beberapa burung dilangit mulai bernyanyi sambil menari.. Sementara beberapa burung lainnya memilih untuk bertengger di atas kabel telepon untuk sekadar menjadi penonton pertunjukan itu. Butiran air yang disisakan  hujan  masih bisa dijumpai pada batang hingga pucuk bunga, juga bangku-bangku di taman itu belum sepenuhnya kering dan luka belum sepenunya sembuh.

***

Pria itu tengah mengepel bagian bangku berkapasitas dua orang dengan  lengannya, bola matanya bergerak mengikuti butiran air yang tersapu. Ia kemudian berdiri meluruskan badannya, lalu menghirup nafas dalam-dalam. namun ia hanya mengepel bagian kanan bangku tadi. Kepalanya kemudian sedikit menoleh ke kiri, dan matanya masih mendapati butiran air di bagian kiri bangku tersebut. Sejenak matanya menelisik sisi kiri bangku tersebut sambil mengangkat kedua alisnya kemudian kembali mengambil tarikan nafas yang dalam. Tapi Martov tak  berniat membersihkan sisi kanan dari bangku tersebut.

Setalah martov mendapatkan posisi duduk yang nyaman, matanya mulai sibuk mencari sesuatu. Pencariannya berakhir pada  kaki mungil yang  sedang berlari, beriringan dengan suara tawa yang terdengar seperti nyanyian, rambutnya yang tipis di kibas angin . Chacha anak semata wayang Martov. Seorang gadis kecil  yang  berumur 6 tahun itu, tengah asyik bermain dengan kupu-kupu langganan bunga yang ada pada taman tersebut. Sore yang lembab adalah kesukaannya. sebab pengejaran kupu-kupunya semakin mengasyikkan.  sesekali ia singggah  tatkala menemui genangan air, lalu melompat kedalam genangan tersebut dengan maksud menciptakan cipratan, Martov selalu tertawa setiap kali putrinya melakukan atraksi itu, sebab Chaca dengan suaranya yang menggemaskan selalu berteriak tidak jelas saat melakukan lompatan itu, kemudian menoleh pada ayahnya sambil melemparkan senyum dan kembali melanjutkan pengejarannya.

Puas menghibur diri–menonton tingkah anaknya yang polos. Martov kemudian memalingkan pandangan dari putrinya, ia kembali melirik sisi kiri dari bangku yang menopang paha dan punggungnya, lalu memalingkan lagi pandangannya dengan cepat , seolah menghindari sesuatu dari bangku itu,  kali ini,  matanya, dialihkan ke barisan tanaman bunga.   Ia memandangi sekeliling taman  lalu membiarkan dirinya tenggelam dalam suasana taman sore itu.

Hanya ada dua bangku di taman itu – Sebuah bangku kecil dibuat khusus untuk putrinya  dan yang satu lagi adalah bangku yang tengah diduduki Martov. Taman itu memang tidak begitu luas, taman tersebut sebutalnya adalah  halaman depan rumah yang ditata menyerupai taman kecil ala Jepang dengan beragam tanaman bunga yang di rawat sendiri oleh Martov. Sementara  bangkunyapun  didesain agar tidak memakan banyak tempat. Sebuah bangku dengan model minimalis yang terbuat dari kayu jati. Saat putri Martov mulai lelah bermain dengan kupu-kupu ataupun dengan martov sendiri, ia biasanya akan langsung bergegas menuju sebuah bangku kecil yang terletak tepat di depan bangku  ayahnya, tanpa di tengahi meja.

Ketika sudah mendapatkan posisi yang mantap di atas bangkunya, cacha akan mulai memasang wajah antusias sembari menatap ayahnya penuh dengan rasa penasaran tak sabar menunggu cerita apa yang akan disuguhkan padanya sore itu.

***

“Bersyukur, aku bisa menemukanmu di taman ini, kecil memang. Tapi lihatlah  taman ini memberi kita kebahagiaan yang begitu besar,  ujar Hilo P.Askalapus si kupu-kupu jantan berwarna hitam dengan corak kuning kecoklat-coklatan pada forewingnya, ia milki sayap yang lebar.

Hmm.., benar! Taman ini adalah saksi dari perpisahan dan perjumpaan kita kembali, terima kasih telah menungguku.” Balas Lin ladela kupu-kupu betina berparas cantik dengan garis lengkung  dan tutul kecil berwarna keemasan pada ujung  sayapnya.

Dua kupu-kupu itu tenggelam dalam cerita nostalgia awal perjumpaan mereka.Mereka sepasang kupu-kupu yang tampak begitu serasi meski berbeda spesies. Terus bertutur, kadang mereka berdua terkekeh, mereka menikmati obrolan selama  dalam  perjalanan menuju bagian tengah taman. Disana adalah bagian khusus tempat bunga berjejer. Beberapa bunga menggunakan vas, beberapa lagi langsung tertancap pada tanah taman. Dibagian tengah itu mereka dapat menikmati nutrisi berbagai bunga seperti, bunga dandelion, matahari, anggrek, tulip, dan mawar.

Kau tahu, Hilo?”

Hilo menatap wajah Lin ladela sambil mengerutkan kening.

Aku tak menyangka kupu-kupu sayap lebar sepertimu akan betul-betul betah ditaman kecil ini.Disini hanya ada serbuk sari dan nektar. Masih belum berubah pikiran juga?”

Hilo hanya  membalas dengan  senyum kecil, lalu  menggerak-gerakan Anntennae-nya ke-atas dan kebawah secara berulang menanggapi kalimat itu sebagai pujian. Kali ini gantian Lin ladela yang mengerutkan Probosis (Proboscis) – kupu-kupu dewasa menghisap nektar bunga dan cairan lainnya dengan menggunakan probosis atau mulut penghisap yang seperti sedotan spiral. Dia tidak begitu mengerti kenapa si Hilo  tetap teguh pendiriannya ?

Bukankah memalukan bagi para sayap lebar jika hanya terkurung dan mencicipi beberapa sari bunga? bukankah semua jenis makanan kupu-kupu  ada di dalam hutan?  Lantas mengapa si Hilo hanya berdiam diri di taman ini? bernarkah dia puas dengan santapan yang itu-itu saja.  Hanya menyantap serbuk sari dan nektar. setiap harinya ? kata Lin ladela dalam benaknya.

Belum sempat Lin ladela menyampaikan isi kepalanya,Hilo sudah hinggap duluan di atas kelopak bunga. Pertanyaan-pertanyaan itu ia simpan kembali, dia lalu mengganti pertanyaannya.

“Pagi ini,  mawar lagi?” lirih Lin ladela.

Hilo  menjawab dengan seuntai  senyum dan aggukan lalu terus memandangi wajah Lin ladela, ia seolah tahu apa yang ada dalam benak Lin ladela saat hendak mengeluarkan pertanyaan itu.

Ayo silahkan, ini adalah menu favorit kita bukan, nutrisi mawar adalah yang terbaik bagi kupu-kupu, tidakkah kamu bersyukur dapat menikmati mawar setiap hari ? lupakah kamu bahwa mawar adalah bunga cantik yang paling populer, seringkali dijadikan  simbol cinta. Punya banyak makna seperti cinta sejati, kesucian, persahabatan, antusiaisme, misterius, kesedihan, bahkan kematian atau kadang mawar menjadi pelengkap sebuah puisi, bisa di bilang mawar mewakili seluruh filosofi bunga.”  Tukas Hilo sembari mempersilahkan.

“Kata siapa ? kau hanya belum pernah mencoba getah pohon, kotoran hewan, garam dan keringat. Kupu-kupu taman seperti kalian memang sudah sewajarnya belum tahu makanan-makanan favorit ini. Bahkan tidak banyak manusia  yang tahu.”Seokor kupu-kupu jantan bersayap coklat dengan polet abu-abu  dan tutul-tutul hitam menyerupai mata pada sayapnya. Tiba-tiba  menyelah obrolan.

“Lalu aku sempat menyimak omong kosong tentang filosofi yang kau sebut-sebut tadi, maaf saja.  Tapi sebenarnya filosofi tentang bunga itu hanyalah pemanis belaka. Pada kenyataannya semua serbuk sari bunga itu sama saja, makanan paling umum. Kalian betah betul hanya makan itu-itu saja.” Lanjut  Si tutul hitam.

Kenalkan aku Nedula, aku kebetulan lewat, aku tengah melakukan perjalanan menuju Hutan Getah, disana adalah surga bagi kupu-kupu, hutan itu bukan hanya berisi getah, semua jenis makanan kita ada disana. Nedula berhenti sejenak dengan senyum pongahnya.

“ Lalu hebatnya lagi, disana berkumpul semua jenis kupu-kupu, sering pula diadakan kompetisi adu keindahan sayap raja dan ratu disana.Nedula lalu terbang memutar memamerkan sayapnya.

Barangkali Nona ingin menjadi ratuku? sungguh telah kau sia-siakan sayap emas itu. Jutaan pujian menunggumu Nona!”tutup Nedula menunggu jawaban.

Hilo melirik pada Lin ladela yang  tenggelam dalam takjub namun Hilo yakin takjubnya Lin ledula bukan karena keelokan sayap Nedula melainkan cerita tentang hutan, tentang ribuan pujian pada sayap emasnya tentang berbagai jenis makan yang belum pernah dicobanya. Rasa khawatir menghampiri Hilo.
Namun Hilo yakin bahwa apa yang diberikan pada Lin ladela selama ini sudah cukup untuk menahan setiap ajakan para musafir. Lin ladela memang punya rasa penasaran yang tinggi.Beberapa kali Lin la dela mengajak Hilo melakukan perjalanan namun selalu ditolak. Tidak pernah Hilo melupakan janji mereka saat  masih dalam wujud ulat  walaupun mereka sempat berjarak saat bermetamorfosis menjadi kepompong, tetapi mereka kemudian bertemu kembali dalam wujud kupu-kupu.  Mereka telah membuktikan bahwa proses metafosispun tidak sanggup memisahkan mereka. Mereka telah mengucap sumpah, tidak akan pernah saling meninggalkan, dan akan terus menghidupkan cerita di taman kecil mereka.

Pernahkah kau mencoba setidaknya seminggu, agar kamu tahu menjadi kupu-kupu taman tidaklah buruk? Kamu juga hanya belum tahu bahwa kami juga kerap mendapatkan pujian dari penghuni taman kecil ini.”Jelas Hilo

Tahukah kamu  bahwa yang membedakan kita dari ngengat adalah karena kita memliki guna di taman ini, melakukan penyerbukan pada setiap bunga di taman ini, menciptakan kebahagian sendiri. disini kami saling membutuhkan, kami tidak tertarik dengan cerita hutan itu. Taman ini  adalah surga kecil kami. Lanjutkan saja perjalananmu, biar kami disini. tetap mengisi cerita tentang surga kecil kami.” Hilo tersenyum dan  sekali lagi melirik keLin la dela.Mata mereka bertemu namun Hilo mulai ragu apakah pasangannya mampu memegang sumpahnya.

Pernah kalian mencoba sekali saja, meninggalkan taman ini? kalian hanya tidak pernah mencari kebahagian lain bukan? kalian hanya terlalu takut untuk sedikit keluar dari zona nyaman saat ini, tahukah kamu ada surga yang lebih besar diluar sana? bukankah kau telah berbuat jahat dengan mengisolir diri dan pasanganmu? kenapa pula ada sayap besar yang berpikir begitu, kau ini berbeda, tepatnya kau ini aneh.” balas Nedula dengan nada sedikit tinggi.

Refleks Lin ladela mengangguk tanda sepaham dengan Nedula, Hilo terdiam membiarkan ocehan Nedula berlanjut. Rasa khawatirnya membuatnya tenggelam dalam lamunan.  Sepanjang pagi itu Nedula terus bertutur tentang perjalanannya.

***

Kepala martov menengok ke atas langit memandang awan yang semakin terpinggirkan, awan  telah membuka hampir sepenuhnya pandangan matahari, tersisa hanya sedikit. Namun ada air yang menetes kala ia menundukkan kepala  saat hendak  melihat  jam di tangannya,  rupanya mata Martov tanpa sengaja menitihkan air mata dengan rasa sedih. Tak ingin dilihat oleh putrinya segera ingin membalikkan badan, tetapi telat si kecil Chaca menyapu air mata ayahnya terlebih dulu. Bukannya reda Martov malah menangis tersedu-sedu sembari memeluk putrinya.

“Apakah ibu adalah kupu-kupu yang ayah ceritakan ?”  tanya chaca.

“Semoga ibu bahagia dengan kebebasan dan ribuan pujian yang ia harapkan, ayah jangan membenci ibu. Mungkin ibu hanya lupa janjinya, lagi pula ibu menitipkan ulat kecil bersama Ayah bukan? Semoga Ayah tidak meniggalkan taman ini!Jangan benci ulat ini ” Suara lirih Chaca membuat pelukan ayahnya semakin erat.

Kembali ia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 16:30 sore, sebentar lagi senja akan memeluk  langit. Martov kaget  iya baru sadar ini sudah lewat jam mandi putrinya. Iapun segera menggendong putrinya sembari mengelitik perut putrinya berusaha untuk merubah suasana biru menjadi bahagia. Lalu melangkah kedalam dalam rumah bergegas memandikanputrinya.

Catatan: Cerpen ini adalah salah satu bagian dari buku "Struktural Cinta, Kumpulan Cerpen dan Puisi" yang pernah di terbitkan oleh MIB Indonesia.

Penulis: Charis Munandar Wahab
(Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika dan Komputer di Universitas Negeri Makassar. Pegiat Literasi di Komunitas Pecandu Aksara. Mantan Pengurus KKPMB).
Share on Google Plus

About KKPMB

Kerukunan Keluarga Pelajar Mahasiswa Batetangnga (KKPMB) adalah oragnisasi paguyuban yang menghimpun pelajar dan mahasiswa yang berasal dari desa Batetangnga.

0 komentar:

Post a Comment