Coming Soon: Seminar dan Lokakarya Kebudayaan Desa Batetangnga


Kerukunan Keluarga Pelajar Mahasiswa Batetangnga (KKPMB) setiap tahunnya, selalu menggelar event yang produktif untuk kemajuan masyarakat Batetangnga. Hal ini adalah bagian dari pengaplikasian wacana intlektual dari kader-kader KKPMB sebagai bentuk respon kritis terhadap persoalan kontenporer yang tengah dihadapi masyarakat Batetangnga.

Tahun ini. Dalam waktu dekat ini. KKPMB kembali hadir dan akan menggelar Seminar dan Lokakarya Kebudayaan Desa Batetangnga.

Kegiatan tersebut akan mengangkat Tema “Reaktualisasi Nilai-nilai Kebudayaan dalam Tinjauan Sejarah Masyarakat Batetangnga”.

Penjelasan Latar Belakang

Begitu banyaknya ahli ataupun pakar yang coba untuk mendefinisikan arti dari kata budaya. Jika kita menggunakan pendekatan bahasa, maka akan muncul beberapa kata dalam kepala kita. Mulai dari cultuur (Belanda), Culture (Inggris), ataupun perkataan latin yang pada umumnya disebut colere. Meskipun demekian, di Indonesia sendiri para sarjana-sarjana social kita mayoritas bersepakat untuk mengatakan bahwa kata budaya ini berasal dari bahasa sansekerta “buddayah” yang merupakan perkembangan kata dari budi-daya. Namun jika didefinisikan menurut istilah, maka akan mengandung pengertian yang kurang lebih mirip tetapi hanya sedikit berbeda dalam penggunaan kata. Arti dan definisi dari kata cultuur, culture, colere dan buddayah ini tetap akan mengarah pada sebuah aktifitas manusia yang telah ada sejak dahulu kala dan diwariskan hingga saat ini. Hal ini hanya dilakukan oleh manusia dan tidak dilakukan oleh dua makhluk hidup lainnya (hewan dan tumbuhan). Ini disebabkan karena hanya manusialah satu-satunya makhluk hidup yang dilengkapi dengan akal pemikiran sempurna melebihi dari makhluk lain. Karena manusia selalu menginginkan kebahagiaan dan keindahan maka inilah yang membuat mereka untuk selalu menciptakan karsa maupun rasa pada setiap kebiasaannya. Maka pada umumnya, setiap kebiasaan yang dilakukan sejak dahulu kebanyakan masih bisa kita amati disekeliling kita saat ini yang eksistensinya masih tertaga dan dijadikan sebagai warisan nenek moyang.

Warisan nenek moyang ini pada biasanya dijadikan sebagai karakter masing-masing masyarakat di Indonesia. Tentu dapat kita bayangkan, di Negara yang memiliki masyarakat plural dan multicultural seperti pada Negara kita ini pastilah memiliki jutaan budaya warisan yang ada pada tiap daerah masing-masing. lebih uniknya lagi, ternyata masing-masing masyarakat kita ternyata memiliki budaya yang berbeda-beda untuk dijadikan karakter daerah mereka masing-masing sekalipun letak geografis antar satu daerah dengan daerah yang lain tidak begitu jauh. Contohnya dapat kita lihat pada masyarakat Batetangnga.

Batetangnga adalah sebuah daerah yang terletak di Polewali mandar Provinsi Sulawesi Barat. Pada tahun 1959 dengan dikeluarkannya UU No. 29 Tahun 1959, maka sistem kerajaan di hapuskan dan Orderafedeling Polewali dan Orderafedeling Mamasa di gabung menjadi Kab. Polewali Mamasa, namun pada tanggal 1 Januari 2006 setelah ditetapkan dalam bentuk PP No. 74 Tahun 2005, tanggal 27 Desember 2005 tentang perubahan nama Kabupaten Polewali Mamasa menjadi Kabupaten Polewali Mandar. Penduduk Batetangnga mayoritas suku Pattae namun seiring perkembangan zaman sudah mulai ada beberapa suku didalamnya, karna di akibatkan beberapa factor, baik itu perpindahan penduduk maupun pernikahan dengan suku lain. Karna banyaknya ragam budaya yang sekarang dimiliki oleh masyarakat Batetangnga, tentunya akan menjadi karakter dari tiap masyarakat sebagaimana dijelaskan diatas. Maka perlu pemahaman budaya yang baik untuk ditanamkan kepada masyarakat agar eksistensinya tidak terkikis sampai dengan saat ini apalagi telah menyebarnya dampak globalisasi dan MEA seperti saat ini.

Globalisasi adalah sebuah proses mendunia yang menyebabkan setiap orang dapat mengakses apapun melalui berbagai macam media. Setiap orang akan bebas melihat apapun melalui banyak via baik itu hal yang positif maupun negative. Jika tidak kita filter dengan baik, maka berbagai kearifal local kita akan terkikis secara perlahan-lahan dan digantikan dengan budaya-budaya baru yang kita akan adopsi memalui berbagai macam media yang mempertontonkan kita. Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan kita serta mengancam eksistensi budaya warisan leluhur yang sejak dahulu telah manjadi karakter dan kebanggaan kita untuk mengakui daerah sendiri. Akibatnya adalah kita akan lebih percaya diri mempraktekan budaya orang lain ketimbang dengan budaya kita sendiri. Ironis memang, tapi itulah kenyataannya. Hal yang sangat menakutkan juga adalah mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang membuat setiap orang pada beberapa Negara diluar Indonesia akan bebas masuk dan bergiat di Negara kita. Tentu dampaknya tidak hanya akan kita rasa dari sisi ekonomi saja tetapi dampaknya pastilah akan mempengaruhi pula budaya kita.

Berdasarkan beberapa hal diatas, tentu perlu sebuah usaha untuk terus memberikan pencerahan kepada masyarakat kita khususnya dalam bidang budaya yang memang merupakan karakter dan jati diri daerah kita. Kita tidak boleh hanya sebatas duduk berdiskusi terkait kondisi masyarakat tanpa melakukan sesuatu yang sifatnya dapat membuat mereka tetap percaya diri untuk mempertahankan eksistensi budaya dan kearifan local daerah sendiri baik itu berupa sosialisasi ataupun seminar dan diskusi-diskusi budaya yang berbentuk serasehan para tokoh-tokoh adat khususnya daerah kita tercinta Desa Batetangnga Kec. Binuang.

Maka atas dasar dan keprihatinan itulah, kami generasi muda yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Pelajar Mahasiswa Batetangnga (KKPMB) berinisiatif untuk mengadakan seminar dan lokakarya kebudayaan Batetangnga di Desa Batetangnga Kec. Binuang Kab. Polewali Mandar sebagai bentuk usaha untuk melawan rasa takut tersebut.
Share on Google Plus

About KKPMB

Kerukunan Keluarga Pelajar Mahasiswa Batetangnga (KKPMB) adalah oragnisasi paguyuban yang menghimpun pelajar dan mahasiswa yang berasal dari desa Batetangnga.

0 komentar:

Post a Comment