Bumi dan manusia adalah sinergitas kehidupan di dunia yang berlangsung jutaan tahun lamanya. Keduanya adalah kesatuan dari segi-segi yang berlawanan dan saling mengisyaratkan. Jika bumi mengalami kerusakan maka akan menjadi ancama bagi manusia, begitupun sebaliknya. Jika manusia tidak berfikir panjang menimbang segala sesuatunya atas keberlangsungan hidup, maka ancaman proses penaklukan bumi adalah hal yang tidak terelakkan lagi dan saat itulah detik kehancuran alam semesta dimulai.
Perlu disadari bahwa peringatan Hari Bumi itu ditujukan kepada umat manusia agar senantiasa menjaga bumi, sebab hanya bumi satu-satunya planet tempat di diami manusia untuk berproduksi dan melangsungkan keturunannya.
Maka di
tanggal 22 april ini, perlu kiranya di renungkan kembali cikal bakal terbentuknya
bumi dimana "gas dan debu yang berada di sekitar pusaran matahari ikut
bergabung. Kumpulan dari gas dan debu ini semakin tumbuh besar dengan menarik
berbagai partikel-partikel yang berada di dekatnya. Secara lambat laun kumpulan
berbagai partikel yang berputar ini membentuk bumi yang mengelilingi
Matahari". Evolusi berlanjut sampai pada saat munculnya kehidupan manusia
dapat mengelolah alam sebagai obyek produksi yang hingga sekarang ini prosesnya
masih berlangsung. Manusia-pun mengukir sejarahnya dengan bebas, dimana nasib
bumi tergantung dari kebebasan manusia itu sendiri.
Peringatan
Hari Bumi tiap tahunnya telah berlangsung selama 47 tahun. Pertama kali di
peringati 22 april 1970, oleh warga Amerika
Serikat yang ditandai 20 juta orang tumpah ruah di jalan-jalan kota. Itu
adalah fenomena yang sangat mencengangkan. Antusiasisme masyarakat Paman Sam khususnya buruh ikut dalam
aksi demonstrasi yang meluas secara nasional memberikan pesan kepada seluruh
dunia agar bangkit melawan segala bentuk tindak tanduk perusakan Alam dan
kelangsungan hidup manusia.
Syahdan dilorong waktu, bumi kini telah
mengalami masa-masa kritisnya akibat dari eksplorasi alam yang berlebihan oleh
manusia itu sendiri. Menaklukkan alam bukan lagi sekedar untuk memenuhi
kebutuhan mendasar manusia, namun lebih dari itu untuk memenuhi hasrat
korporasi dalam sistem kapitalisme yang tidak mengenal batas dan pertimbangan
atas kohesivitas bumi demi akumulasi keuntungan modal yang sebanyak banyaknya.
Hukum umum
perkembangan masyarakat dalam teori ekonomi politik bahwa hubungan sosial
masyarakat di tentukan oleh kepemilikan alat produksi. Hasil produksi dari
kerja manusia mengelola alam bukan untuk diabdikan demi kemakmuran dan
kesejahteraan manusia serta mempertahan ekosistem bumi, tetapi sekali lagi
semata-mata untuk kepentingan akumulasi modal. Dari itu, semaju-majunya ilmu
pengetahuan dan alat produksi seyogyanya
jauh dari usaha untuk kesejahteraan dan keberlangsungan masa depan bumi. Itulah
ancaman nyata terhadap kemanusiaan oleh sistem dalam masyarakat kapitalisme.
Kapitalisme Biang Keladi Rusaknya
Alam
Penaklukan
manusia terhadap alam ditentukan oleh tingkat perkembangan tenaga produktif
(baca: perkebangan alat produksi). Majunya alat produksi manusia maka
kemungkinan besar penaklukan alam terus berlanjut tampa batas dan konsekuensi
kerusakan terhadap alam maki besar. Maka
point pentingnya diperhadapkan pada dua pilihan, pengrusakan maupun pelesterian
alam terjadai tegantung corak produksi tertentu (sistem ekonomi dan hubungan sosial). Dengan demikian,
kapilatalisme sebagai corak produksi saat ini berpontensi nyata melakukan
pengrusakan alam dalam skala luas dan tak terbatas.
Adapun
bukti nyata sistem kapitalisme sebagai biang kerok atas terjadinya deforestasi yang menyebabkan eksploitasi
hutan hingga jutaan hektare setiap tahunnya, sehingga berdampak pada rentannya
bencana banjir, longsor, punahnya satwa, hingga menurunnya oksigen bumi. Hal
ini terkonsentrasi di beberapa wilayah di dunia, diantaranya; Rusia sudah kehilangan sekitar 41 juta hektare hutan boreal yang dimilikinya. beberapa perusahan yang seharusnya
bertanggu jawab dalam hal ini adalah Swedia
Arctic Paper, perusahaan jaringan SCA,
raksasa kertas Stora Enso, dan
produsen kemasan Irlandia Smurfit Kappa
(http://www.environmentalpaper.eu); Brasil
kehilangan 38 juta hektare lahan
hutannya akibat pengikisan hutan Amazon
yang terlalu signifikan. Ini akibat dari adanya aktivitas tambang, pembangun
pembangkit listrik tenaga air dan pembukaan lahan untuk industry perkebunan
kedelai. Bahkan diprediksi hingga 15 tahun kedepan, 40% hutan paling luas di
dunia itu akan hilang (https://loe.org);
Kanada juga merupakan negara yang
memiliki hutan yang sangat luas, sehingga menjadi obyek eksploitasi oleh
industri kayu. Akibatnya selama 10 tahun, sekitar 31 juta hektare hutannya yang rusak parah dan menyebabkan sering terjadinya
bencana alam di negri kanguru tersebut (http://i.huffpost.com);
penggudulan hutan di Amerika telah
berlangsung sejak masa kolonialisasi hingga sampai saat ini semakin tidak
terkontrol untuk memenuhi kepentingan industri, akibat 29 juta Hektare hutan mengalami kerusakan yang
sangat parah (http://www.saveamericasforests.org).
Sungguh betapa kejamnya sistem kapitalisme terhadap bumi, jika melihat fakta
diatas!
Akibat
dari tingkat pertumbuhan industri menyebabkan punumpukan karbondioksida di atmosfer.
Suhu permukaan bumi naik rata-rata antara 1,5-4,5 derajat celcius, bahkan menurut ilmuwan sampai 6 derajat celcius, sehingga memungkinkan
kenaikan permukaan air laut antara 25-140 centimeter sebagai konsekuensi dari
mencairnya es di daerah kutub. Sir David King, penasehat pemerintah Inggris bidang Sains dan beberapa
peneliti lainnya, memprediksikan jika es di Greenland
habis meleleh maka permukaan laut akan naik 6-7 meter. Jika Antartika meleleh, naiknya menjadi 110
meter dan kota-kota di daerah pesisir, apalagi di bawah permukaan laut, akan
lebih dulu menghilang, termasuk London dan
New York. Hal ini mengancam penduduk
di kutub, punahnya ekosistem laut, dan 1,6 milyar penduduk dunia terancam
punah.
Indonesia
juga termasuk negara yang pengrusakan alamnya paling parah. Faktanya, ini
terbukti dengan laju kerusakan hutan yang terus meningkat setiap tahunnya
bahkan sampai mencapai 2.3 juta ha/tahun. korporasi yang berperan besar dibalik
itu semua menurut beberapa data dari Walhi adalah Grup Wilmar, Best Agro International, Sinar Mas, Musimas, Minamas,
Julong Grup, PT. Freeport, dan PT.
Newmont Minahasa. Diantaranya adalah
industry tambang dan industry perkebunan.
Menurut
data, keanekaragaman hayati laut termasuk terumbu karang, adalah penyerap gas
karbondioksida serta gas-gas penyebab efek rumah kaca, yang mengubahnya menjadi
oksigen untuk kemudian dilepaskan ke bumi. Namun, terumbu karang saat ini pun
telah banyak yang rusak. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan
tahun 2016, dari total 85 ribu kilometer persegi luas terumbu karang Indonesia
sekitar 40 persennya rusak. Pada studi yang diungkap Wilkinson, ahli terumbu karang dunia, pada tahun 1992, akan terjadi
penurunan 40-70% terumbu karang dunia pada 10-40 tahun mendatang akibat ulah
manusia.
Rusaknya
lingkungan alam ini semakin diperparah karena pengelolaannya mengabaikan aspek
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Amdal).
Walaupun sudah ada kebijakan yang mengatur Amdal perusahaan, pengelolaan sumber
daya alam tetap tidak dalam kontrol negara tetapi sepenuhnya pada
perusahaan-perusahaan swasta yang orientasinya adalah keuntungan
sebesar-besarnya dengan mengabaikan keberlanjutan lingkungan dan kemanusiaan.
Ini membuktikan Negara hanya berfungsi sebagai alat untuk melancarkan
pengerukan dan penggundulan hutan.
Apa Yang Harus Dilakukan?
Jalan
terakhir untuk memperbaiki dan mengembalikan Bumi pada kehidupan yang bernaung
padanya, tidak dapat di lepaskan dari upaya untuk membumi hanyutkan ideology
yang mengilhami terjadinya penindasan dan penghisapan. Yang harus kita lakukan
adalah Hapuskan Penindasan Atas Bumi, Hapuskan penindasan atas Manusia.
Inilah
relevansi dari Sosialisme. Sosialisme bukanlah dalil tuhan yang menyuruh orang
untuk menunggu nabi datang sebagai juru selamat pembebasan. Sosialisme adalah
Ideologi yang menggerakan massa untuk membebaskan dirinya dari belunggu
penindasan dan penghisapan. Kita haru
memahami bahwa penindasan dan penghisapan muncul dari sebuah kondisi
sejarah tertentu. Untuk menghapuskan kedua hal itu, dibutuhkan perubahan dalam
kondisi sejarah. Perubahan inilah yang harus diupayakan ketika rakyat pekerja
duduk di tampuk kekuasaan. Ketika jabatan-jabatan dalam pemerintahan dipegang
oleh para buruh, tani, nelayan dan kaum miskin perkotaan yang selama ini
terpinggirkan.
Selama ini
rakyat pekerja diapaksa oleh kapitalisme untuk merusak alam untuk memenuhi
keuntungan terhadap kapitalis. bukan untuk kemakmuran rakyat pekerja itu. Dan
ketika alam mengalami kerusakan, lagi-lagi rakyat pekerja itulah yang
menanggung akibat perusakan yang dilakukannya. Misalnya ketika berhadapan
dengan pencemaran, orang-orang kaya bisa membeli AC anti debu dan kuman, atau
berekreasi ke tempat-tempat yang belum tercemar sementara rakyat pekerja
dipaksa menghirup pencemaran seumur hidupnya. Bahkan, ketika upaya-upaya
pelestarian lingkungan hidup diusung oleh kelompok-kelompok pecinta lingkungan
yang notabene mayoritas berasal dari kelas menengah, nasib rakyat pekerja ini
juga dikorbankan demi tercapainya kelestarian.
Seharusnya
Aktivis Lingkungan bekerja sama dengan para buruh di industri perkayuan dan
kehutanan. Dan memberikan pengetahuan tentang pelestarian lingkungan atau
bahkan melakukan mogok dan perlawanan terhadap lingkungan alam.
Tanpa
membasiskan perjuangan terhadap rakyat pekerja maka aktivis lingkungan dianggap
keliru. Tanpa mendudukkan rakyat pekerja diatas tanpuk kekuasan maka pengerukan
perut bumi akan terus berlanjut.
Di sinilah
peran gerakan-gerakan lingkungan untuk mendidik serikat-serikat buruh dalam
isu-isu lingkungan, dan mendukung perjuangan buruh yang berkaitan langsung
dengan isu lingkungan menjadi amat penting. Tanpa kesatuan antara gerakan
lingkungan dan gerakan buruh, benturan yang terjadi sangat mungkin akan merugikan kedua belah
pihak dan membuat kaum kapitalis bertepuk tangan. Kita jelas tidak menginginkan
itu terjadi.
Mari
Menjaga Bumi, Menjaga Kelangsungan Hidup Manusia. Selamat Hari Bumi 2018.
(Catatan: Tulisan ini pernah dimuat
di beberapa media, namun kali ini penulis memperbaharui beberap data yang
termuat di dalamnya. Penulis juga meminta maaf karena tulisan ini sedikit
tendensius mewakili perpektif politik tertentu. Dengan demikian, masukan dan
kritikan dari pembaca utamanya dari anggota KKPMB sangat diharapakan. Terima
kasih).
Penulis: Syaharuddin Zaruk
(Mahasiswa Teknik Informatika dan
Komputer di Universitas Negeri Makassar)
0 komentar:
Post a Comment